10 Festival Kematian di Dunia
0
komentar
1. All Souls’ Day dan All Saints’ Day
All Soul’s Day dan All Saint’s Day merupakan salah satu rangkaian ritual yang dilakukan oleh masyarakat yang menganut agama kristen katolik. All Souls’ Day dan All Saints’ Day dirayakan setiap hari kedua November yang diikuti dengan perayaan Hallow’s Eve –sebuah festival suci yang diikuti oleh anak-anak untuk meminta permen kepada orang-orang yang ada di lingkungan rumahnya.
All Souls’ Day dan All Saints’ Day adalah sebuah festival yang diadakan ketika hari libur musim dingin tiba di berbagai negara. Festival All Souls’ Day dan All Saints’ Day berawal dari sebuah perayaan untuk menghormati para santa dan santo, serta para martir yang meninggal di jalan Tuhan. Umat katolik senantiasa memanjatkan doa agar arwah para santa, santo dan martir diberkati dan diberi kelancaran untuk menuju surga.
2. Festival Bon
Festival yang satu ini diadakan setiap tahunnya di Jepang selama hampir 500 tahun. Festival Bon merupakan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jepang untuk menghormati dan memperingati perjuangan dan jasa-jasa nenek moyang mereka. Festival kematian umat budha Jepang yang satu ini berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan di hari ke-15 di bulan Agustus. Meskipun merupakan ritual kematian festival Bon dirayakan dengan meriah, melibatkan kembang api, permainan rakyat, jamuan makan dan tari-tarian. Salah satu yang khas dari festival ini adalah ketika para peserta melakukan Bon Odori, yakni sebuah tarian selamat datang untuk menyambut kedatangan para arwah leluhur mereka.
Festival Bon berawal dari sebuah legenda tentang seseorang yang memohon berkat dan pertolongan dari Sang Budha. Ketika ia sedang khusyuk bermeditasi, tiba-tiba ia melihat bayangan ibunya yang telah meninggal dunia terjebak di dunia arwah. Ibunya terlihat menyedihkan dan menderita sekali bergentayangan di alam kematian. Kemudian Sang Budha memberinya sebuah nasihat untuk memberikan sebuah penghormatan kepada pendeta-pendeta yang telah menyelesaikan meditasi musim panas mereka. Dan ketika petapa tersebut melakukan anjuran tersebut, ia melihat arwah ibunya terbebas dari belenggu yang menyiksanya. Seketika itupun ia menari di luar kesadarannya.
3. Chuseok
Masih dari daratan Asia Timur, Festival Chuseok ini dirayakan oleh masyarakat Korea Selatan selama tiga hari. Serupa dengan Festival Bon di Jepang, masyarakat Korea Selatan melakukannya sebagai ucapan terimakasih dan rasa syukur terhadap arwah nenek moyangnya atas panen yang berlimpah. Selama Festival Chuseok ini berlangsung masyarakat Korea kembali ke rumah para leluluhurnya untuk melakukan sebuah ritual dan memanjatkan doa-doa. Sebelum fajar menyingsing mereka telah mempersiapkan untuk mempersembahkan semacan sesajian kesukan para leluhur, yakni nasi yang mereka sebut dengan Songpyeon.
Setelah mempersembahkan sesajian kesukaan leluhur, mereka kemudian melakukan sebuah ritual pembersihan makam-makam leluhur mereka, kemudian berdoa, ritual ini dikenal dengan sebutan Charye. Setelah itu barulah mereka merayakannya dengan melakukan makan bersama, menari dan menikmati minuman khas mereka.
4. Gaijatra
Gaijatra, juga disebut Festival Sapi, adalah festival delapan hari dirayakan pada bulan Agustus dan September di Nepal. Selama perayaan prosesi sapi yang berbaris melalui pusat kota, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dalam tahun lalu. Kecuali-tentu saja-sapi tidak dapat ditemukan, dalam hal ini anak laki-laki berpakaian seperti sapi akan cukup.
Sapi dianggap suci dalam agama Hindu, dan diperkirakan bahwa sapi dapat membantu membimbing yang baru saja meninggal ke alam baka. Gaijarta adalah perayaan cahaya-hati kematian, dimaksudkan untuk membantu orang menerima kematian sebagai kenyataan dan untuk membantu meringankan lewat orang-orang yang telah meninggal.
Sapi dianggap suci dalam agama Hindu, dan diperkirakan bahwa sapi dapat membantu membimbing yang baru saja meninggal ke alam baka. Gaijarta adalah perayaan cahaya-hati kematian, dimaksudkan untuk membantu orang menerima kematian sebagai kenyataan dan untuk membantu meringankan lewat orang-orang yang telah meninggal.
5. Festival Qingming
Festival satu ini dilakukan oleh masyarakat China, dikenal dengan nama Festival Qingming. Masyarakat China melakukan sebuah penghormatan kepada para arwah leluhur mereka, dengan cara mengunjungi dan membersihkan makam-makam para leluhur mereka. Festival Qingming ini diselenggarakan setiap tahunnya di pertengahan April.
Ketika mengunjungi makam leluhur, masyarakat China senantiasa membawa makanan, teh dan uang tiruan sebagai bekal untuk para arwah di alam setelah kehidupan. Berdasarkan keterangan Festival Qingming ini telah berlangsung di zaman Dinasti Tang, masa Kerajaan Xuanzong pada 732 SM. Ketika itu sang kaisar mengatakan di China sudah terlalu banyak ritual yang ditujukan untuk para arwah leluhur, dan sudah saatnya dilakukan satu ritual besar yang ditujukan untuk Qingming saja.
Selain untuk menghormati para leluhur, masyarakat China pun merayakan Festival Qingming untuk menghormati para pahlawan mereka, termasuk orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Tiananmen Square.
Sepertinya yang satu ini benar-benar melibatkan bagian dari orang yang sudah meninggal. Famadihana sebuah ritual pasca kematian yang dilakukan oleh masyarakat Madagaskar, dilakukan untuk menghormati arwah kerabat yang telah meninggal dunia. Caranya pun terbilang menyeramkan. Ketika musim dingin tiba masyarakat Madagaskar menggali kuburan kerabatnya yang telah meninggal, mereka mengambil jasad tersebut –berupa tulang belulang. Mereka kemudian membersihkan tulang tersebut dan mengganti kain pelindungnya. Selama mereka melakukan pembersihan, alunan musik tradisional pun mengiringi ritual tersebut.
Berdasarkan keterangan, orang-orang Malagasi (Madagaskar) percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal tidak serta merta bergabung bersama para leluhurnya di alam kematian sebelum tubuh mereka benar-benar hancur oleh bumi. Sehingga untuk itu, selama setiap tujuh tahun sekali jasad-jasad yang terkubur digali kembali untuk dibersihkan dan digantikan kain yang membalutnya.
7. Festival hantu lapar, China
Festival yang satu ini baru dikenal sebagai Festival Hantu ataupun Festival Arwah Penasaran (Hungry Ghost Festival). Ritual ini dirayakan oleh masyarakat China di malam ke-15 di bulan ketujuh menurut kalender China. Masyarakat China percaya selama bulan ketujuh banyak arwah penasaran yang keluar dari akhirat untuk mengunjungi saudara-saudara mereka yang masih hidup. Baik bagi penganut Tao maupun Budha festival Hungry Ghost ini merupakan sebuah ritual yang khidmat, karena bertujuan selain untuk menghormati juga untuk meringankan penderitaan arwah para kerabat mereka.
Selama ritual berlangsung masyarakat China memberikan sesajian berupa makanan, teh, uang dan pakaian sebagai bekal bagi arwah kerabat mereka. Keindahan dari ritual ini adalah banyaknya lampu lampion warna-warni yang dilarungkan di danau ataupun sungai, berdasarkan kepercayaan cahaya lampu tersebut untuk menuntun para arwah kembali ke akhirat.
8. Lemuralia, Italia
Festival kematian lainnya adalah Lemuralia yang telah diselenggarakan sejak zaman Romawi Kuno, sebuah ritual yang bertujuan untuk mengusir para arwah leluhur jahat di dalam sebuah rumah.
Untuk melakukan ritual pembersihan rumah ini, kepala rumah tangga harus bangun ditengah malam kemudian mencuci kedua tangannya selama tiga kali. Kemudian berjalan tanpa alas kaki memasuki setiap ruangan rumah sambil menebarkan kacang hitam sembari mengucapkan doa “haec ego mitto; his redimo meque meosque fabis.”
Berdasarkan legenda, ritual lemuralia ini telah berlangsung sejak zaman Romulus untuk menenangkan roh saudara kembarnya Romus yang meninggal terjatuh dari tembok tinggi.
Ritual ini masih banyak dilakukan orang-orang Italia hingga saat ini.9. Hari Raya Kematian, Meksiko
Sama seperti festival religi All Soul’s Day dan All Saint’s Day, El Día de los Muerto (Harinya orang mati) juga diselenggarakan di hari pertama dan keduan bulan November. Festival yang satu terlihat seram sobat unik, karena melibatkan banyak tengkorak yang digunakan sebagai dekorasi di dalam berbagai ruang publik seperti restoran, toko-toko dan sebagainya.
Festival El Día de los Muerto sebenarnya berasal dari tradisi pasca panen masyarakat suku Aztec, sebuah ritual yang ditujukan kepada Dewi Mictecacuhuatl—dewi kematian. Namun karena waktu perayaannya berdekatan dengan Halloween maka perayaan Harinya Orang Mati ini menjadi terlihat menyeramkan –padahal sebelumnya tidak ada unsur yang berhubungan dengan hantu dan moster. Di era ketika masyarakat Meksiko menganut agama kristen, El Día de los Muerto dirayakan dengan menggunakan kostum-kostum dan dekorasi yang menakutkan.
Sobat unik ternyata di negara tetangga kita pun, Filipina, ternyata memiliki tradisi yang hampir mirip dengan yang ada di Meksiko ini.
10. Pitru Paksha, India
Pitru Paksha merupakan fastival kematian yang diselenggarakan pada hari ke-15 di bulan Ashwin (kalender Hindu). Sebuah ritual yang dilakukan untuk menghormati arwah para leluhur yang melibatkan banyak sesajian (makanan).
Di dalam mitologi Hindu, ketika jiwa Karna lepas dari tubuhnya dan mencapai surga, ia tidak dapat menemukan apapun selain emas untuk dimakan. Karena merasa lapar, ia pun memohon kepada Dewa Indra untuk memberinya makanan. Namun Dewa Indra menolaknya, bahkan ia mengatakan itu adalah akibat semasa hidupnya Karna tidak pernah memberikan makanan kepada arwah leluhurnya. Namun setelah terjadi perbincangan di antara keduanya, Karna pun diizinkan untuk turun ke bumi selama 15 hari guna memberikan makanan dan minuman kepada para arwah leluhurnya.
Selama festival Pitru Paksha, sesajian diberikan kepada para arwah leluhur dan orang-orang biasa yang meninggal dunia, ritual tersebut dipimpin oleh para pandita. Dan jika para arwah leluhur menerima sesajian dan ritual berlangsung dengan benar, maka umat hindu tersebut akan mendapatkan kemakmuran, kesehatan dan keselamatan.