5 Orang India yang Meraih Nobel

0 komentar
Selain Jepang, India adalah negara terbanyak di Asia yang beberapa warganya mendapatkan penghargaan Nobel di dunia. Berbagai bidang dan kategori, didapatkan ilmuwan, sastrawan dan rohaniawan asal India dalam penghargaan ini. Memang dalam perkembangannnya, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya beralih kewarganegaraan karena sesuatu hal. Berikut ulasannya:

1. Rabindranath Tagore (Nobel Sastra, 1913)
 
Rabindranath Tagore (lahir di Jorasanko, Kolkata, India, 7 Mei 1861 – meninggal 7 Agustus 1941 adalah seorang Brahmo Samaj, penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawan Bengali. Ia terlahir dalam keluarga Brahmana Bengali, yaitu Brahmana yang tinggal di wilayah Bengali, daerah di anakbenua India antara India dan Bangladesh. Tagore merupakan orang Asia pertama yang mendapat anugerah Nobel dalam bidang sastra (1913).
Tagore mulai menulis puisi sejak usia delapan tahun, ia menggunakan nama samaran “Bhanushingho” (Singa Matahari) untuk penerbitan karya puisinya yang pertama pada tahun 1877, dan menulis cerita pendek pertamanya pada usia enam belas tahun. Beberapa karya besarnya antara lain Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced), dan Ghare-Baire (The Home and the World), serta karya puisi, cerita pendek dan novel dikenal dan dikagumi dunia luas. Ia juga seorang reformis kebudayaan dan polymath yang memodernisasikan seni budaya di Benggala. Dua buah lagu dari aliran Rabindrasangeet –sebuah aliran lagu yang ia ciptakan– kini menjadi lagu kebangsaan Bangladesh (Amar Shonar Bangla) dan India (Jana Maha Gana).
 
2. Chandrasekhara Venkata Raman (Nobel Fisika, 1930)
 
Chandrasekhara Venkata Raman (7 November 1888-21 November 1970) merupakan fisikawan India. Ia dilahirkan di Tiruchirapalli, Tamil Nadu. Dalam usia awal Raman pindah ke kota Visakhapatnam, Andhra Pradesh. Ia menamatkan BA and MA dalam Fisika dan Bahasa Inggrisnya dari Perguruan Tinggi Kepresidenan, Madras (kini Chennai). Ia menjadi anggota Pamong Praja India sebagai Asisten Jenderal Akuntan di Calcutta (kini Kolkata). Raman merupakan guru besar fisika di Universitas Calcutta selama 15 tahun berikutnya. Di sinilah pekerjaannya pada bidang optik mendapat pengakuan.
Raman memenangkan Hadiah Nobel Fisika 1930 untuk pekerjaannya pada penyebaran cahaya dan untuk penemuan efek Raman. Spektroskopi Raman, yang berdasarkan pada efeknya juga dinamai menurut namanya. Merupakan pertama kali bahwa pelajar India yang belajar sama sekali di India menerima Hadiah Nobel. Pada 1934, Raman menjadi pemimpin Institut Ilmiah India, Bengaluru dan pada 1948, ia mendirikan Lembaga Penyelidikan Raman. Ia diberi gelar kebangsawanan pada 1929 dan dihadiahi Bharat Ratna pada 1954.

3. Har Gobind Khorana (Nobel Kedokteran, 1968)
Har Gobind Khorana lahir di Jaipur (saat itu India, kini Pakistan), pada 9 Januari 1922; ialah ahli biologi molekular. Ia mendapatkan pendidikan privat dari ayahnya, dan kemudian ia pergi ke sekolah tinggi D.A.V. Multan. Pada 1945, ia mulai belajar di Universitas Liverpool. Setelah mendapatkan Ph. D., ia menghabiskan tahun-tahun pascadoktoral di Zürich (1948-49). Ia kemudian kembali ke Inggris dan bekerja di Cambridge sampai 1952. Ia menikahi Esther Elizabeth Sibler di tahun yang sama. Setelah itu, ia bekerja di universitas di Vancouver dan Wisconsin.
Khorana dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran 1968 (bersama dengan Robert William Holley dan Marshall Nirenberg) untuk pendeskripsian kode genetik dan bagaimana beroperasi dalam sintesis protein. 

4. Bunda Teresa (Nobel Perdamaian, 1979)
 
Bunda Teresa dari Calcuta (27 Agustus 1910 – 5 September 1997) adalah seorang biarawati Katolik terkenal dan kontroversial di dunia Internasional yang pekerjaannya di antara orang miskin Kolkata diberitakan secara luas. Dia diberikan Penghargaan Templeton pada 1973, Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1979 dan penghargaan tertinggi warga sipil India, Bharat Ratna pada 1980. Dia dijadikan Warga Negara Kehormatan Amerika Serikat pada 1996 (satu di antara enam). Dia diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 2003, dan oleh karena itu dia dapat dipanggil Teresa Terberkati.

5. Amartya Kumar Sen (Nobel Ekonomi, 1998)
 
Amartya Kumar Sen (lahir 3 November 1933) adalah seorang ekonom India yang menjadi terkenal karena karyanya tentang kelaparan, teori perkembangan manusia, ekonomi kesejahteraan, mekanisme dasar dari kemiskinan, dan liberalisme politik. Ia menerima Penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi atas karyanya dalam ekonomi kesejahteraan pada 1998 dan Bharat Ratna pada 1999. Pada 2003, ia dianugerahi Penghargaan Keberhasilan Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award) oleh Kamar Dagang India. Saat ini ia menjadi salah satu dari 18 orang elite Profesor Universitas dari Universitas Harvard yang secara teknis bukan anggota dari dewan dosen manapun dan karena itu bertanggung jawab langsung kepada presiden Universitas. Pada tahun 1998 Amartya meraih penghargaan Nobel di bidang Ekonomi.

Wuih, Inikah Desa dengan Ular Terbanyak Sedunia?

0 komentar
Ada sebuah desa kecil di China yang bernama Desa Zisiqiao desa ini banyak sekali dihuni oleh para ular sehinga orang sekitar menjuluki desa ini sebagai desa raja ular.

Mengapa begitu banyak ular berbisa dibiarkan hidup di desa ini? Karena ular merupakan sumber mata pencaharian penduduk Zisiqiao. Ular sangat berharga nilainya jika di jadikan obat tradisioanl China sehinga membuat harga ular sangat mahal. Nah hal inilah yang membuat warga desa Zisiqiao memilih profesi sebagai peternak ular ular.
 
 
Beberapa peternakan ular yang sudah terkenal dapat meraup untung puluhan ribu dolar dari bisnis menguntungkan ini.

Namun bekerja sebagai peternak ular bukan lah pekerjaan yang mudah resiko tergigit ular bisa saja mengancam para peternak namun penghasilan yang sangat besar sepertinya sepadan dengan resiko yang didapat.


Kisahnya Berawal dari...

Awal mula desa ini menjadi tempatnya ternak ular berasal dari seorang pria bernama Yang Hongchang, ketika itu Yang mengalami sakit yang luar biasa di area pinggangnya dan dokter manyarankan untuk meminum ramuan dari ular untuk mengobati sakitnya, namun karena tidak memiliki uang untuk membeli ular, Yang kemudian mencari ular liar disekitar desanya untuk membuat obat ramuan penyakitnya.

Setelah minum ramuan itu, ternyata sakit Yang sembuh. Kemudian Yang mulai mencari ular untuk obat. Namun Yang sadar dengan menangkap ular di alam akan bisa membuat ular punah, lalu Yang berpikir untuk membuat usaha peternakan ular sendiri dengan modal 10.000 yuan dan membuka peternakan ular di belakang rumahnya pada tahun 1985.

Percobaan pertamanya terbukti berhasil, lalu ia pun terus berusaha untuk mengembangkan usahanya itu. Pada tahun 1987, ia berhasil menetaskan sekitar 30.000 telur ular dan menjual ular yang masih bayi seharga 80.000 yuan (Rp 124 juta).

Nah dari keuntungan yang sangat besar inilah membuat warga lain di desa ini mengikuti jejak yang untuk berternak ular. Dengan demikian, jadilah sekarang Zisiqiao sebagai desa ular.



 
 
 
 
 
 

Para Tokoh "The Hunger Games: Catching Fire"

0 komentar
Meski film karya sutradara Francis Lawrence ini baru akan dirilis pada November 2013, poster para tokoh-tokoh di sekuel film 'The Hunger Games' ini telah dipublikasikan. Gaun yang dipakai tokoh Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) ternyata dirancang oleh desainer asal Indonesia, Tex Saverio.

Katniss Everdeen
Hunger Games Catching Fire …
Jennifer Lawrence berperan sebagai Katniss Everdeen dalam film "The Hunger Games: Catching Fire". Gaun yang kenakannya ini merupakan karya desainer Indonesia, Tex Saverio.

Gale Hawthorne
Hunger Games Catching Fire …
Liam Hemsworth berperan sebagai Gale Hawthorne dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Caesar Flickerman
Hunger Games Catching Fire …
Stanley Tucci berperan sebagai Caesar Flickerman dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Effie Trinket
Hunger Games Catching Fire …
Elizabeth Banks berperan sebagai Effie Trinket dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Cinna
Hunger Games Catching Fire …
Lenny Kravitz berperan sebagai Cinna dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Peeta Mellark
Hunger Games Catching Fire …
Josh Hutcherson berperan sebagai Peeta Mellark dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Johanna Mason
Hunger Games Catching Fire …
Jena Malone berperan sebagai Johanna Mason dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Beetee
Hunger Games Catching Fire …
Jeffrey berperan sebagai Beetee dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Haymitch Abernathy
Hunger Games Catching Fire …
Woody Harrelson berperan sebagai Haymitch Abernathy dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Finnick Odair
Hunger Games Catching Fire …
Sam Claflin berperan sebagai Finnick Odair dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

President Snow
Hunger Games Catching Fire …
Donald Sutherland berperan sebagai President Snow dalam film "The Hunger Games: Catching Fire"

Alasan Orang Jepang Sulit Belajar Bahasa Asing

0 komentar
Hampir semua orang Jepang sangat sulit mempelajari bahasa Inggris, meskipun mereka telah mempelajarinya selama 10 tahun, sejak SD sampai perguruan tinggi. Dan yang patut diketahui, kualitas dan level pembelajaran yang diberikan di Jepang tidak sama dengan negara lain.

Jika di Jepang level bahasa Inggris yang dipelajari ada di tingkat SMA, di luar negeri atau Indonesia, anak SMP sudah mempelajarinya. Selain kelemahan kompleksitas bahasa, orang Jepang mempunyai kebiasaan yang jelek dalam mempelajari bahasa asing.

Seorang kolumnis Jepang meengemukakan empat alasan utama mengapa orang Jepang sangat sulit mempelajari bahasa asing


1. Orang Jepang Bukan Pembicara Yang Aktif Orang Jepang mungkin sangat menjunjung tinggi ungkapan "Diam adalah Emas". Mereka sangat memperhatikan intonasi dan kalimat yang dipakai saat berbicara dan hal ini sangat berdampak buruk dalam mempelajari budaya asing.
Misalnya bagaimana orang Jepang berkumpul bersama orang Eropa yang sedang bersenda gurau. Orang Jepang biasanya tak tahu cara bagaimana berekspresi saat melakukan percakapan dan bahkan kadang tak tahu kalau di antara mereka membuat lelucon.
Mereka juga tidak akrab dengan ekspresi yang digunakan oleh orang Barat karena perbedaan budaya yang sangat mencolok.

2. Orang Jepang Takut Berbuat Kesalahan Orang Jepang mungkin adalah orang yang paling pendiam di seluruh dunia karena kemungkinan mereka hanya tidak mau menyinggung dan mengganggu orang lain karena perkataannya sehingga mereka lebih banyak diam.
Mereka berpendapat, mereka akan berbicara jika mereka sangat yakin dengan perkataan dan ekspresi yang diungkapkan oleh mereka orang Jepang dan hal ini membuat mereka dalam sebuah lingkaran setan. Jika tidak berbicara bagaimana mereka tahu ekspresi dan perkataan yang benar dalam sebuah percakapan.


3. Jepang Mempelajari Bahasa Inggris dengan Furigana Furigana adalah pengucapan kata-kata dari bahasa asing yang diterapkan atau ditulis ke dalam bahasa Jepang (misalnya ada huruf kanji diatasnya terdapat huruf berukuran kecil Hiragana, itulah Furigana dan dalam hal ini bahasa Inggris yang dijadikan ke dalam bahasa Jepang dengan Katakana sebagai alatnya).
Furigana sendiri dalam penerapannya ke dalam bahasa asing yang dalam hal ini kita contohkan bahasa inggris sangat berbeda dengan arti dan ucapannya. Contohnya "Track List" dalam Furigana menjadi "Tureku Risto"


4. Bahasa Asing Tidak Dipelajari Sejak Dini Orang Asing begitu terkejut dengan fakta bahwa orang Jepang tidak mulai belajar Bahasa Inggris sampai berumur 12 Tahun atau 1 SMP barulah mereka belajar Bahasa Inggris.
Inilah salah satu alasan mengapa level pembelajaran Bahasa Inggris antara Jepang dengan Negara lain sangat berbeda, namun Pemerintah Jepang tahun 2011 menerapkan peraturan tentang pembelajaran Bahasa Asing selama 35 Jam dalam setahun sejak usia dini.